NTB-News.Com,  Oleh Soraya Khoirunnisa
Inna lillahi wa innaa ilaihi rajiun.
 Pada Jumat tanggal 26 April 2013 Indonesia bahkan mungkin dunia 
dikejutkan dengan meninggalnya seorang ustaz yang sangat kharismatik, 
Ustaz Jefri Al-Buchori. 
Bisa dipastikan begitu banyak orang yang
 merasa kehilangan sosok ulama “gaul” yang dekat dengan kalangan 
masyarakat manapun. Terlalu banyak kenangan manis nan indah tentang 
Ustaz Jefri  yang melekat dalam benak publik.
Tidak ada yag 
menyangka bahwa “Uje” yang kita cintai akan meninggalkan kita dengan 
begitu cepat. Kematian adalah rahasia Ilahi. Asro Kamal Rokan dalam 
artikelnya pernah menuliskan bahwa maut tidak datang mengetuk pintu. Ya,
 memang begitulah adanya. Maka alangkah meruginya kita jika tidak 
mengambil pelajaran berharga dari kematian.
Jelaslah bahwa 
kehidupan dunia ini tidaklah abadi. Kehidupan kita di dunia ini hanyalah
 sebuah mimpi. Lalu dimanakah kehidupan kita yang sesungguhnya? Ali bin 
Abi Thalib ra. pernah berkata “Annaasu niyaamun wa idzaa maatuu 
intabahuu”. Manusia ini semuanya tidur, dan ketika mati (maka) 
terbangunlah (manusia) dari tidurnya. Itulah kehidupan yang sebenarnya. 
Yaitu ketika kita menutupkan mata meninggalkan dunia ini, maka 
terbukalah gerbang kehidupan yang sebenarnya.
Selama ini kita 
hanya memperjuangkan kenikmatan fana yang hanya ada di alam mimpi. Namun
 jarang sekali kita memikirkan bekal yang akan kita bawa untuk kehidupan
 hakiki. Kehidupan setelah mati.
                
Tidak ada 
satupun kebanggaan dunia yang akan kita bawa nanti. Bukan harta, tahta 
bukan pula sanjungan dan pujian orang. Hanyalah takwa sebaik-baik bekal 
menghadap Allah tuhan semesta alam. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqoroh
 : 197 “Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” 
Maka setiap manusia haruslah menyadari bahwa taqwa adalah kebutuhan 
wajib yang harus diraih. Bukan hanya bekal akhirat. Namun juga bekal 
dunia akhirat.
                
Takwa di dalam kamus Ilmu Alquran 
dapat diartikan dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi 
larangan-Nya. Tingkah laku orang yang bertaqwa selalu mencerminkan 
perilaku mulia dan selalu berusaha menghindari hal-hal yang menjadikan 
Allah murka.
Allah memberikan beberapa rambu-rambu untuk menjadi orang yang bertaqwa. 
Pertama,
 bertanya kepada Orang yang mengetahui. Atau dalam hal ini adalah 
bertanya kepada alim ulama tentang bagaimana menjadi orang yang bertakwa
 (QS. An-Nahl : 43).
Kedua adalah selalu bersama-sama para 
shidiiqiin (orang yang benar) (QS. At-Taubah). Dalam bahasa Jawa yang 
terkenal “wong kang shaleh kumpulono”. Lalu siapakah orang-orang yang 
benar? Al-Qur’an menjelaskan pada QS.  Bahwasanya Shiddiiquun adalah 
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka 
tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan 
Allah.
Ketiga adalah selalu berkata dengan perkataan yang benar 
(QS. Al-Ahzab : 70). Allah menjelaskan dalam QS. Fusshilat : 30 bahwa 
sebenar-benar perkataan adalah orang yang menyeru kepada Allah, 
mengerjakan amal shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang 
yang berserah diri.”
Demikianlah, semoga kita dapat mengambil 
pelajaran dari peristiwa yang mengejutkan kita hari ini. Dan beliau guru
 kita, Ustaz Jefri Al-Buchori mendapatkan sebaik-baik tempat di sisi 
Allah. Amin.
(http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/04/30/mm1gqb-tiga-langkah-menjadi-orang-yang-bertakwa) 
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

0 komentar:
Post a Comment